Artinya: Dan tidaklah Kami mengutusmu, kecuali sebagai pembawa rahmad bagi seluruh alam. (Q.S. al-Anbiya’/21: 107).
Ahlan wa Sahlan akhi wa ukhti..
Belajar menjadi muslim sejati, Blog orang islam dan yang mau belajar Islam, berisi tentang artikel Islam, semoga bermanfaat dan disini kita saling sharing bareng, Pengunjung yang baik meninggalkan komentar dan join dengan klik "join this site" di bawah ini... Allohu akbar! Terus semangat untuk terus belajar Islam secara kaffah(menyeluruh)...
Gabung di sini dengan klik "join this site"
Daftar Isi
Home » islam » BER-ISLAM-LAH SECARA KAFFAH
BER-ISLAM-LAH SECARA KAFFAH
Diposting oleh break_through on Kamis, 11 Oktober 2012
Oleh : Shabarun
Muqaddimah
Artinya: Hai orang-orang yang beriman! masuklah kamu ke
dalam Islam secara keseluruhan; dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan,
karena sesungguhnya la musuh kamu yang nyata (Q.S. al-Baqarah/2: 208),
Ayat tersebut turun sehubungan dengan kedatangan
sekelompok kaum Yahudi antara lain; Abdullah bin Salam, Tsa'labah, lbnu Yamin,
Asad, Usaid bin Ka’ab dan lain-lain menghadap Rasulullah.
Mereka hendak beriman dan meminta agar dibiarkan
merayakan hari Sabtu, dan mengamalkan Taurat pada malam harinya. Kemudian turunlah
ayat tersebut agar orang-orang yang beriman memasuki al-lslam secara kaffah
(keseluruhan), tidak mencampurbaurkan agama dan tidak mengikuti langkah-langkah
setan.
Al-Qur' an telah memberikan basyirah kepada kita bahwa
al-lslam merupakan agama samawi terakhir di alam semesta ini, dan ad-Dien bagi
seluruh pembawa risalah dakwah, sejak dari Nabi Adam as., Nuh as., Musa as., lbrahitn
as.,lsa as., sampai Nabi yang penghabisan, Rasulullah saw.. Karena itu risalah
dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad saw. kepada sekalian umat manusia
merupakan mata rantai dari risalah-risalah dakwah yang dibawa nabi-nabi dan rasul
terdahulu.
Seluruh agama samawi ini pada hakekatnya satu; yaitu
menyuruh umat manusia untuk bertauhid hanya kepada Allah semata; dan menghindari
penyembahan manusia atas manusia dan penyelewengan-penyelewengan ke-tuhanan
yang lain. Karena itulah Rasulullah saw. diutus menyampaikan risalah dakwahnya
kepada sekalian umat manusia sebagai rasul pamungkas, sebagaimana firman Allah:
Artinya: Tetapi ia (Muhammad) sebagai utusan Allah dan
penutup sebagai nabi (Q.S. al-Ahzab/33: 40).
Adapun kedudukan Islam terhadap
agama samawi sebelumnya, merupakan penyempurna dari risalah-risalah dakwah yang
dibawa para nabi dan rasul. Baik konsepsi syari’at, muamalah maupun sistem
peribadatan. Sehubungan dengan itu Rasulullah bersabda:
Artinya: Perumpamaanku dan
perumpamaan nabi-nabi sebelumku ibarat orang yang membangun sebuah rumah. Ia
memperindah dan mempercantik rumah itu, kecuali letak batu-batu dari satu sisi
bangunan dari beberapa sisi lainnya. Kemudiaan manusia mengelilingi rumah dan
mengaguminya dan berkata, langkah indahnya bangunan ini; dan aku adalah
bangunan itu. Aku adalah penutup para nabi. (HR. Bukhaari dan Muslim).
Dengan kelengkapan dan kesempurnaan
(syamil) ajaran inilah, menjadikan seluruh umat manusia harus memerlukan
al-Islam sebagai pandangan hidupnya, dan pembimbing kehidupan mereka untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya: Dan aku )Muhammaad) tidak
diutus kecuali untuk seluruh manusia sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan. (QS. As-Saba’/34: 28).
Pada ayat lain disebutkan:
Artinya: Dan tidaklah Kami mengutusmu, kecuali sebagai pembawa rahmad bagi seluruh alam. (Q.S. al-Anbiya’/21: 107).
Menuju Totalitas Islam
Apakah Islam itu? Bagaimanakah
fondasi al-Islam itu tersusun, merupakan pertanyaan mendasar menyangkut risalah
samawi terakhir ini.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan
Ibnu Umar, Rasulullah bersabda:
Artinya: Sesungguhnya Islam itu
dibangun atas lima dasar: bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah
dan Muhammad itu hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat menunaikan zakat, haji
ke Baitullah dan puasa di bulan Ramadhan.
Dalam hadits tersebut dapatlah
disimpulkan bahwa Islam dibangun di atas lima dasar yaitu: syahadah; shalat;
zakat; puasa Ramadhan dan haji. Kelima dasar inilah yang merupakan inti al-lslam;
namun demikian tidak/belum dapat dikatakan sebagai totalitas Islam.
lbarat orang berkata; "Rumah
ini dibangun dengan lima tiang". Maka jika orang lain memahami bahwa lima
tiang itu, bangunan keseluruhan rumah, menandai pemahaman yang belum tepat.
Karena di atas tiang itu ada atap, genting, jendela, pintu-pintu dan komponen-komponen
yang memadai sebuah bangunan rumah.
Begitu pula al-lslam. Orang akan
keliru besar jika memahami al-Islam secara keseluruhan hanya sebatas kelima
dasar tersebut. Atau dengan kata lain, pemahaman yang masih juz'iyah
(sepotong-sepotong). Karena di atas kelima pondasi al-lslam tersebut tersusun
bangunan al-lslam yang menjanjikan kepada umat manusia kebahagiaan hidup dunia
dan akhirat. Karena dalam al-lslam terdapat masalah-masalah yang menyangkut
moral, etika, ekonomi, sosial, perang, damai, politik dan permasalahan lain
yang menyangkut falsafah hidup manusia. Selain itu Islam juga mengatur hubungan
yang paling asasi, yaitu hubungan manusia dengan ar-Rabb, sesama manusia maupun
alam sekitarnya. Disitulah Islam memberikan solusi yang tepat dan benar bagi
semua problema kehidupan manusia dari kurun waktu ke kurun waktu, generasi ke
generasi sepanjang masa.
Sebagai misal, dalam kitab-kitab fiqh
terkandung pembahasan mengenai ibadah, mu'amalah, peradilan, jihad, hukum-hukum
perkawinan dan lain-lain. Di samping di sisi lain, Islam juga membahas masalah-masalah
politik, sosial, kemasyarakatan dan lain-lain. Ringkasnya, tidak ada satu sisi
kehidupan pun dari kehidupan manusia yang luput dari hukum Islam.
Dengan demikian, lima rukun tersebut merupakan lima dasar
Islam yang di atasnya dibangun seluruh struktur bangunan Islam, yang keseluruhannya
merupakan totalitas Islam. Allah berfirman:
Artinya: Dan Kami turunkan kitab kepadamu sebagai
penjelas segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat, dan kabar gembira
bagi muslimin. (Q.S. an-Nahl/16: 89)
Penutup
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa al-lslam
terdiri atas Aqidah, yang tercermin dalam syahadah dan rukun iman; lbadah yang
tercermin dengan shalat, zakat, puasa dan haji; dan sistem yang ditegakkan di
atas rukun-rukun tersebut yang tercermin-dalam sistem Islam yang meliputi
sistem sosial, ekonomi, nilai-nilai moral, budaya maupun estetika, dan
lain-lain.
Pemahaman dan pengetrapan al-Islam secara juz'iyah akan
mengakibatkan kefatalan bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Karena selain
bersifat syamil, Islam juga bersifat universal. Artinya Islam tidak terikat
dengan teritorial suatu bangsa, ras maupun warna kulit. Islam yang dipahami orang
Arab, Eropa, maupun Amerika tidak berbeda dengan Islam yang dipahami orang
Indonesia.
Karena itulah al-Qur'an menyuruh kita, sekalian umat
Islam untuk menerima al-lslam secara kaffah. Kalau begitu sudah sejauh manakah
kekaffahan kita dalam ber-lslam?
Selain itu Allah membebani umat manusia agar Islam ditegakkan
di muka bumi ini. Mengeluarkan umat manusia dari alam kejahiliyahan kepada
cahaya al-lslam, "minadlulumati ilan-nur". Yaitu menyembah hanya
kepada Allah semata dan menghindari/menjauhi penyembahan kepada thaghut.
Firman Allah:
Artinya: Adalah kamu sebaik-baik umat yang diadakan untuk
manusia; kamu menyuruh berbuat kebaikan, dan kamu melarang kejahatan; dan kamu
beriman kepada Allah (Q.S.al-lmran/3: 110).
Sumber:
Suara
Muhammadiyah
Edisi
16 2004
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar